Sabtu, 20 Maret 2010

Makalah Kanker Serviks


KANKER SERVISK

D


i


s


u


s


u


n


O L E H :
NAMA : NOVIDA YUSNITA
NIM : 2007041


PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES FLORA
M E D A N
2 0 1 0


BAB I

MATERI

A. KANKER SERVIKS

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.

Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.

Di mana Letak Leher Rahim? Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks. Bagaimana Gejalanya? Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.

Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:

· Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.

· Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.

· Pendarahan sesudah mati haid (menopause).

· Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.

Apakah penyebabnya? Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.

Apa saja yang menjadi faktor resikonya? Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:

· Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.

· Sering berganti-ganti pasangan seksual.

· Sering menderita infeksi di daerah kelamin.

· Melahirkan banyak anak.

· Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).

· Defisiensi vitamin A, C, E.


B. PAP SMEAR / IVA

Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara melakukan antara lain pemeriksaan SKRINING, artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara lain: PAP SMEAR dan IVA. PAP SMEAR Kanker serviks dimulai dari tahap pra kanker. Jika kanker dapat ditemukan pada tahap awal ini, akan dapat disembuhkan dengan sempurna.

Pemeriksaan PAP SMEAR Adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Kapan melakukannya? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul gejala.

Bagaimana pemeriksaan dilakukan? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.





C. SADARI

Payudara

Payudara terdiri dari 3 unsur yaitu kelenjar pembuatan air susu. Saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara yang mengikat kelenjar-kelejar menjadi satu kesatuan. Keseluruhan payudara dibungkus oleh kulit payudara. Saluran kelenjar akan bermuara pada putting susu yang berada ditengah daerah kulit yang berwarna lebih gelap (areola). Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara.

Kanker payudara dapat menimbulkan gejala seperti tersebut dibawah ini

1. Adanya benjolan di payudara.

2. keluar cairan yang tidak normal dari putting susu, cairan dapat berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada ibu yang tidak hamil atau tidak sedang menyusui.

3. Perubahan bentuk dan besarnya payudara.

4. Kulit, putting susu dan areola melekuk kedalam atau berkerut.

Faktor Resiko

Penyebab yang pasti dari kanker payudara belum diketahui, tapi ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya kanker payudara yaitu:

1. Mendapat haid pertama pada umur kurang dari 10 th.

2. Mengalami mati haid setelah umur 50 th.

3. Tidak menikah.

4. Tidak pernah melahirkan anak.

5. Mehirkan anak sesudah umur 35 tahun.

6. Tidak pernah menyusui.

7. Pernah mengalami operasi payudara yang disebabkan oleh kelainan jinak atau tumor ganas payudara.

8. Diantara anggota keluarga ada yang menderita kanker.

Deteksi Dini Kanker Payudara

Kanker payudara pada tahap awal tidak menimbulkan gejala apapun, namun bersamaan dengan berkembangnya penyakit akan timbul gejala yang menyebabkan perubahan pada payudara. Untuk itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala.

Pemeriksaan dapat berupa:

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan SADARI secara teratur sebulan sekali setelah selesai haid, dan bagi yang telah mati haid (menopause) hendaknya dilakukan pada tanggal tertentu yang mudah diingat dari setiap bulannya.

2. Pemeriksaan Payudara oleh Tenaga Medis (dokter atau bidan)

Dengan pemeriksaan yang saksama sering dapat diduga suatu benjolan di payudara merupakan tumor jinak atau ganas.

3. Mammogram

Merupakan pemeriksaan radiology menggunakan sinar X untuk pemeriksaan payudara. Gambaran diambil dari arah samping dan atas untuk masing-masing payudara. Adanya gambaran mikro klasifikasi mungkin merupakan tanda dini.




D. BREAST CARE

Upaya keberhasilan memberi ASI seyogyanya sudah dimulai sejak masa kehamilan, yg terus dilanjutkan sampai masa menyusui itu sendiri. Pada masa kehamilan, sebaiknya payudara sudah menjadi perhatian anda. Hal ini untuk melihat apakah bentuk puting susu anda kurang menguntungkan untuk kegiatan menyusui. Misalnya, apakah puting susu berbentuk datar atau masuk kedalam. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi kita untuk menyusui dengan baik. Dengan mengetahuinya sejak awal, kita mempunyai waktu untuk mengusahakannya agar puting bisa menonjol keluar, sehingga bayi dapat menghisap puting susu lebih mudah sewaktu menyusui.

Caranya :

Gunakan krem lembut, dorong puting susu secara perlahan ke arah luar dengan menggunakan kedua ibu jari tangan anda. Setelah itu masih dengan ibu jari, tariklah bagian dasar puting susu ke arah samping kiri dan kanan , serta arah atas dan bawah

Kalaupun tidak ada masalah dengan puting anda, puting susu tetap garus disiapkan. Salah satu caranya adalah dengan menggosok puting susu secara perlahan dengan menggunakan handuk lembut setiap kali selesai mandi. Anda tidak perlu mencucinya dengan sabun apalagi menggosoknya keras-keras, sebab kelenjar yg ada di sekitar puting susu dengan sendirinya akan mengeluarkan cairan untuk menjaga kebersihannya. Selain itu perlakuan yg kasar akan membuat puting susu lecet bahkan luka.

Cara mempersiapkan puting :

Dengan menggunakan krem yg lembut, pijatlah payudara serta puting susu secara teratur. Letakkan ibu jari serta telunjuk pada dasar puting susu, kemudian dengan hati-hati putarlah ke arah kiri serta kanan

Gerakan memijat lainnya adalah dengan meletakkan jari-jari serta ibu jari di dada, kemudian lakukan gerakan memutar ke seluruh payudara, dimulai dari arah atas dan berakhir

Pada dasarnya pemijatan ini berguna untuk menghindari timbulnya pembengkakan dan peradangan payudara saat menyusui. Selain itu pemijatan juga bermanfaat untuk merangsang kelenjar-kelenjar susu agar kelak lebih lancar mengalirkan air susu.

BAB II

ANC (ANTE NATAL CARE)

Defenisi

ANC adalah pemeriksaan/ pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

Tujuan ANC

1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.

3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.

4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

Kebijaksanaan Program

1. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :

1 kali pada trimester I

1 kali pada trimester II

2 kali pada trimester III

2. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

3. Kunjungan ANC yang ideal adalah :

· Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu.

· Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu.

· Setiap 1 minggu sejak umur hamil 32 minggu sampai terjadi persalinan.

4. Pemeriksaan khusus jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.

Pelayanan Asuhan Standar Minimal “7 t”

1. Timbang berat badan.

2. Ukur tekanan darahn.

3. Ukur tinggi fundus uteri.

4. Imunisasi TT lengkap.

5. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.

6. Tengok/ periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki.

7. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.

Konsep Pemeriksaan Kehamilan

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan :

- Pemeriksaan fisik umum.

- Pemeriksaan khusus obstetri.

- Pemeriksaan penunjang.

3. Diagnosis/ kesimpulan

4. Diagnosis banding.

5. Prognosis.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:

· Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.

· Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.

· Pendarahan sesudah mati haid (menopause).

· Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.

B. SARAN

Pesan yang perlu diingat:

· Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.

· Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.

· Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

KANKER LEHER RAHIM


KANKER LEHER RAHIM

Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati.

Bagaimana pula dengan kanker leher rahim?
Apakah juga sama menakutkannya dengan beberapa kanker lainnya?
Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini.

Bagaimanakah kanker leher rahim terjadi?
Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut "Pap smear test", sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim.
Memang Pap smear test adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.
Test ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti.
Prosedur pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan untuk anda, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Mungkin anda lebih memilih dokter wanita untuk prosedur ini, tetapi pada umumnya para dokter umum dan klinik Keluarga Berencana dapat dimintai bantuan untuk pemeriksaan Pap smear test. Usahakanlah melakukan Pap smear test ini pada waktu seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi anda. Jika anda sudah mati haid, Pap smear test dapat anda lakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), anda tidak perlu lagi melakukan Pap smear test karena anda sudah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan biarpun anda tidak lagi melakukan aktifitas seksual.

Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks?
Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi.
Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positip kanker.

Pengobatan
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
  1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
  2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
  1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
  2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Resiko untuk terserang kanker:
Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker leher rahim. Sel-sel leher rahim mungkin mengalami perubahan sehingga sangat diperlukan melakukan Pap smear test secara teratur (baik yang telah ataupun yang belum pernah mendapatkan Pap smear test). Demikian juga bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker leher rahim sangat besar.
Dijumpainya Human Papilloma Virus (HPV) sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
Memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda juga memperbesar resiko kemungkinan mendapat kanker leher rahim.
Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher rahim ?
Yang pertama, jika anda pernah melakukan hubungan seksual anda harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai anda berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering.
Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama).
Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok.
Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, mudah-mudahan kita dijauhkan dari kejadian kanker leher rahim ini. Semoga.
Dapatkah anda membayangkan, bagaimanakah perasaan anda jika mengetahui hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda memberikan hasil abnormal? Tentulah anda akan merasa kuatir dan cemas, manakala anda mendapati bahwa hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda abnormal. Tetapi janganlah terlalu cemas dahulu, karena tidak semua penampakan sel-sel yang abnormal tersebut berarti kanker. Memang 'Pap Smear' dapat mendeteksi kelainan-kelainan perubahan sel-sel leher rahim secara dini. Paradigma yang harus diingat adalah semakin awal ditemukannya kelainan-kelainan pada pemeriksaan 'Pap Smear', maka akan semakin mudah pula diatasi masalahnya.
Apakah artinya jika 'Pap Smear' anda abnormal.
Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim anda ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan 'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah:
  1. Unsatisfactory 'Pap Smear'
    Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims anda dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter anda. Jika kasus ini menimpa anda sebaiknya anda datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter anda.
  2. Jika ada infeksi atau inflamasi
    Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahims mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur'. Konsultasikan dengan dokter anda mengenai masalah ini beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan kapan anda harus menjalani 'Pap Smear' lagi.
  3. Atypia atau Minor Atypia
    Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear' terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahims, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai 'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, dokter anda mungkin akan merekomendasikan anda untuk menjalani pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi anda untuk melakukan 'Pap Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka anda mungkin disarankan untuk menjalani kolposkopi.

Apakah kolposkopi itu?
Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahims yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi.
Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda.

Bagaimanakah dengan aktifitas seksual anda?
Pada tahap ini, anda tidak perlu kuatir dengan aktifitas seksual anda. Anda tidak perlu absen melakukan aktifitas seksual hanya karena pemeriksaan 'Pap Smear' anda positip, karena keadaan kanker atau pre-kanker yang anda derita tidak mungkin ditularkan kepada suami anda. Tetapi jika sedang dalam pengobatan penyembuhan, sebaiknya tanyakanlah kepada dokter anda kapan anda dapat melakukan hubungan sanggama lagi dan seberapa seringnya hubungan tersebut.

Perlukah dilakukan pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya pengobatan?
Pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya masa pengobatan adalah mutlak diperlukan untuk mendapatkan kepastian bahwa area yang telah diobati telah sembuh sama sekali. Biarpun metode pengobatan yang anda dapatkan sangat efektif, sel-sel yang abnormal kadang-kadang dapat kambuh lagi, bahkan dapat berkembang dengan derajat keparahan yang lebih tinggi. Jadi deteksi dini adalah hal yang sangat esensial sekali. Selama dua tahun pertama masa pengobatan anda, anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan 'Pap Smear' setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Jika setelah tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasil 'Pap Smear' anda normal, ini berarti anda telah dapat dinyatakan sembuh, dan anda dapat melakukan pemeriksaan 'Pap Smear' tersebut setiap tahun sekali secara kontinyu

Senin, 15 Maret 2010

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi


PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA TENTANG
IMUNISASI DI DESA KAYUJATI – PANYABUNGAN
KAB. MADINA PADA BULAN OKTOBER - NOVEMBER
TAHUN 2009

D
i
s
u
s
u
n

O L E H :
NAMA : NOVIDA YUSNITA
NIM : 2007041


PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES FLORA
M E D A N
2 0 1 0


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN ................1
1.1 Latar Belakang .........................1
1.2 Rumusan Masalah ...................2
1.3 Tujuan Penelitian ....................2
1.4 Manfaat Penelitian ..................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......4
2.1 Peran Orangtua dalam Imunisasi... 4
2.2 Perilaku Kesehatan ................4
2.2.1 Bentuk Perilaku ...................5
2.2.2 Domain Perilaku Kesehatan ..... 6
2.3 Pengetahuan .............................7
2.4 Sikap ..........................................7
2.5 Praktek atau Tindakan ...........8

BAB III KERANGAKA KONSEP .....10
3.1 Kerangka Konseptual ..................10
3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional... 10

BAB IV METODE PENELITIAN ...........11
4.1 Jenis Penelitian ..................................11
4.2 Populasi dan Sampel .........................11
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........13
4.4 Metode Pengumpulan Data .............13
4.5 Defenisi Operasional .........................13
Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...15
Lembar Kuesioner........................................16
Daftar Pustaka .............................................17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Imunisasi telah terbukti sebagai salah sau upaya kesehatan yang sangat penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah menyakit menular. Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banayak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya. Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif yang berhasil meningkatkan angka harapan hidup. Sejak penetapan the expan ded program on immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan manusia dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia, sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak etanus neonatorum dan pertusis 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiapa tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit elah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang : BCG, DPTT, POLIO, Campak, dan Hepatitis B.
Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orangtua dan kalangan praktisi khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin. Adapun media yang masih mempertanyakan manfaat imunisasi serta membesar-besarkan resiko beberapa vaksin. Peneliti devies internet merupakan situs anti vaksinasi. Semua keadaan ini pada akhirnya dapat menyebabkan redahnya angka kecukupan yang ingin dicapai. Pengembangan Program Imunisasi (PPI) di Indonesia yang dimulai pada tahun 1979 (awal pelita III) menghadapi masalah yang sama dengan yang dijumpai diberbagai negara yang didunia yaitu rendahnya angka kecukupan imunisasi yang tingginya angka drop-out kunjungan ulangan.
Menurut penelitian yang dilakukan Gunawan didapatkan bahwa kurangnya peran serta ibu rumah tangga dalam hal ini disebabkan karena kurangnya informasi (60%-75%), kurangnya motivasi (2%-3%) serta hambatan lainnya (23%-37%).
Salah satu tujuan program ini adalah tercapainya cakupa luas dan sebanyak mungkin. Kepercayaa masyarakat terhadap imunisasi harus tetap terjaga. Sebab bila tidak dapat mengakibatkan turunnya cakupan angka imunisasi . perlu ditekankan bahwa pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut, tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan tingkat imunitas

secara umum dimasyarakat. Oleh karena itu pandangan dan sikap setiap dokter atau orangtua sangat penting untuk dipahati tentang arti imunisasi. Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras, pendidikan, dan status soaial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orangtua terhadap vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak mereka.
Peran orangtua dalam program imunisasi sangatlah penting, karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari negara agraris menjadi negara industri . dengan terjadinya peralihan, mengakibatkan banyak tenaga kerja yang kemungkinan tidak akan tertampung di sektor industri sehingga sebagian besar diantaranya akan terjun ke lapangan kerja informasi. Sementara itu, karena adanya perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan menyebkakna semakin meningkatknya tenaga kerja perempuan, baik di sektor formal mapun informal.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa terarik untuk melakukan penelitian yang berujudul “PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA TENTANG IMUNISASI DI DES KAYUJATI PANYABUNGAN KAB. MANDAILING NATAL TAHUN 2009.

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah adalah : ‘’ Apakah ada perbedaan pengetahuan, Sikap Dan Prilaku Ibu Rumah Tangga Dan Ibu Bekerja Tentang Imunisasi di Desa Kayujati Kabupaten Mandailing Nata tahun 2009l’’.

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum :
- Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan prilaku ibu rumah tangga dan ibu berkarir tentang infomasi.
- Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mengenai hal tersebut pada kedua kelompok ini.


1.4 MANFAAT PENELITIAN
- Masukan bagi petugas kesehatan, khususnya perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan dengan memberikan penyuluhan mengenai imunisasi.
- Masukan bagi ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga yang berhubungan dengan imunisasi
- Masukan bagi peneliti lebih lanjut yang berhubungan dengan imunisasi.


BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Peran Orangtua dalam Imunisasi
Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orangtua telah menjadi populer di berbagai negara. Strategi ini ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan di imunisasi secara benar disebabkan orangtua tidak mendapat menjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan yang komitmen yang tinggi terhadap imunisasi.
Jika suatu intervensi prefentif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan remaja. Maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat sangat diperlukan. Strabino mengatakan bahwa banyak literatur yang berhubungan antara faktor orang tua dengan penggunaan sarana kesehatan baik untuk tindakan pencegahan atau mengeobata penyakit, namun hanya sedikit penelitian yang khusus mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua dengan imunisasi anak.
Cakupan informasi yang rendah merupakan persoalan yang kompleks, bukan hanya kerena fakor biaya, karena ternyata vaksin gratis tidak menjadi jaminan bagi suksesnya imunisasi. Bates mengemukakan hasil penelitian Bacher yang mendapatkan bahwa ibu-ibu yang anakanya jarang diserang penyakit adalah mereka yang lebih sering memamfaatkan sarana-sarana kesehatan pencegahan. Mereka mengaku bahwa dengan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap sarana pencegahan dan melakukan usaha pencegahan yang teratur. Anak mereka dapat terhindar dari sakit.

2.2. Perilaku Kesehatan
Masalah kesehatan masyarakat, terutama negara-negara berkembang pada dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, misalnya tersedianya sarana kesehatan dan peneobatan penyakit dan non-fisik yang menyangkut perilaku kesehatan.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya. Yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasl dari luar maupun dari dalam dirinya. Respo ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan berfikir, pendapat, bersikap). Maupun aktif (melakukan tindakan). Perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya. Khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatan, serta tindakan yang dengan hubungan keesehatan.
Becher menuliskan pendapat Kasi dan Cobb yang menyatakan bahwa biasanya orang terlibat dengan medis karena 3 alasan pokok yaitu :
1. Untuk mencegah penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum di rasakan.
2. Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan bila ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku penyakit).
3. Untuk mengobati penyakit tentu telah dipastikan agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakit tidak bertambah parah (peran sakit).

Menurut Atmodjo semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada Bloom dari hasil penelitian di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang maju Bloom mengyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yag paling besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil yang kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proses pengaruh faktor-faktor tersebut terhdap status kesehatan dinegara berkembang seperti Indonesia belum ada peneltian.
Ahli lain, Laurence Green menjelaskan bahwa perilaku iu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh 3 fakor yaitu :
- Faktor-faktor Predisposist (Predisposing Factors).
- Faktor-faktor yang mendukung (Enabling Factors)
- Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (rein foccing factors).

Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor tersebut.

2.2.1. Bentuk Perilaku
Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau seorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berentuk 2 macam yaitu :
a. Bentuk Pasif adalah respon interval yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap lain dan pengetahuan misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat menegah satu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa puskesmas untuk di imunisasi. Contoh lain adalah seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana dari ke 2 contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya. Imunisasi, dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana. Meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal itu. Oleh sebab itu, perilaku mereka ini masih terselubung (konkret behavior).
b. Bentuk aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya, pada kedua contoh itu, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas dan fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang paa kasus kedua sudah ikut Keluarga Berencana (KB) dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah ampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut “Over behivior”.

2.2.2. Domain Perilaku Kesehatan
Noto Admodjo berpendapat bahwa Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkung yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (Ranah, kawasan). Meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batas yang jelas dan tegas. Pembagian keluasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan satu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan domain perilaku tersebut. Yang terdiri dari :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (Know ledge).
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek materi atau objek di luarnya sehingga menimulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon lain dalam bentuk sikap disubjek terhadap objek yang diketahui.
Rangsangan yaitu objek telah diketahui dan didasari sepenuhnya. Akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, didalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung menimulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya dengan kata lain tindakan (practice). Seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.

2.3. Pengetahun (Knowledge).
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjdi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Noto Admodjo mengungkapkan pendapat rogres bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :
1. Awarenes (Kesadaran). Dimana orang tersebut mengadiri dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjektif sudah mulai terbentuk.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stmulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

2.4. Sikap (Aftitude).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap terdahulu.
Newcomb salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksaan motif tertentu. Sikap belum merupakan satu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan redisposisi tindakan atau perilaku.
Dalam bagian alkord, menurut NotoAdmodjo menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan, (Keyakinan, ide dan konsep terhadaop suatu objek).
2. Kehidupan Emosional atau Evaluasi Emosional suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak.

Sikap terdiri dari dari berbagai tindakan yaitu :
a. Menerima (receiving). Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang di berikan objek.
b. Merespon (resconding). Menerima jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan yang benar dan salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling tinggi.
Pengetahuan sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secaa langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).
2.5. Praktek Atau Tindakan (Prautice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalan satu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain : Fasilitas, Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat mengmunisasikan anaknya.
Tingkat-tingkat Praktek sebagai berikut :
1. Persepsi :
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil.
2. Respon Terpimpin.
Dapat melakukan suatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai prakek tingkat 3.
4. Adaptasi
Merupakan paktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah modifiksikannya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya.

Pengukuran prilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pengetahuan sikap dan perilaku ibu bekerja dan ibu tidak bekerja tentang imunisasi di desa Kayujati Kab. Mandailing Natal tahun 2009.


3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional
3.2.1. Ibu Bekerja / Berkarir
Adalah ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara regular diluar rumah.
3.2.2. Ibu Rumah Tangga.
Adalah ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga.
3.2. Hipotesa
Hipotesa alternatif dalam penelitian ini adalah pengetahuan sikap dan perilaku ibu berkarir dan ibu rumah tangga tentang imunisasi.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriktif yaitu menggambarkan pengetahuan sikap dan perilaku ibu bekerja dan ibu rumah tangga di Kayujati.

4.2. Polulasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang berkarir / bekerja dn ibu rumah tangga di desa kayujati tahun 2009 melalui studi pendahuluan didapatkan data bahwa ibu yang berkarir dan ibu rumah tangga selama 2 bulan terakhir sekitar 50 orang.

Karena jumlah populasi kurang dari 10.000 orang maka jumlah sampel ditemukan dengan rumus-rumus sebagai berikut (Noto Admodjo. 2002) :


Keterangan :

N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat Kepercayaan, Ketepatan yang diinginkan jadi rencana jumlah sampel yang akan diambil :

= 44 orang

4.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu sebanyak 44 orang responden. Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling yaitu pengambilan secara acak sederhana.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di desa Kayujati Kabupaten Mandailing Natal priode Oktober – November 2009.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Kayujati mulai dari bula Oktober – November 2009.

4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disebarkan kepada masing-masing responden, dimana kuesioner terlebih dahulu diuji coba.

4.5 Defenisi Operasional
4.5.1. Ibu Berkarir
Adalah ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan baik disektor formal maupun disektor informal yang dilakukan secara reguler diluar rumah.
4.5.2 Ibu Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga
Adalah ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan hanya menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga saja.
4.5.3 Tingkat Pendidikan Ibu
Adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh ibu :
- Pendidikan Rendah = SD dan SLTP
- Pendidikan Sedang = SLTA
- Pendidikan Tinggi = PT / Akdemik

4.5.4 Usia
Adalah umur ibu saat wawancara pengisian kuesioner berlangsung.
4.5.5 Pengetahuan
Yaitu pengetahuan tentang pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, nama-nama vaksin, jarak pemberian imunisasi, jumlah pemberian polio, tempat imunisasi, penyakit yang ingin dicegah, efek samping imunisasi, imunisasi simultan dan imunisasi ulangan.
Kategori :
1. Buruk (menjawab <> 5 dari 10 pertanyaan).

4.5.6 Sikap
Yaitu setuju tidaknya ibu mencari informasi tentang imunisasi sebagai tugas orangtua. Setuju tidaknya ibu bahwa imunisasi program sangat penting. Penyakit yang ingin dicegah adalah serius dan berbahaya tetap memberikan imunisasi meski terjadi reaksi yang merugikan, imunisasi hanya untuk mensukseskan program pemerintah serta setuju tidaknya ibu dalam pemberian vaksin secara bersamaan/simultan.

Kategori :
1. Buruk (menjawab ya < style="text-align: center;">
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth, Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja
Di desa Kayujati
Panyabungan

Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Flora Medan, saya akan melakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja tentang Imunisasi di des Kayujati Panyabungan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja tentang Imunisasi, saya mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang saya ajukan degan jujur dan apa adanya.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas persetujuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.


Medan,
Responden Peneliti,



LEMBAR KUESIONER
PENGETAHUAN SIKAP, DAN PERILAKU IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA TENTANG IMUNISASI

1. IDENTITAS RESPONDEN
Isilah indentitas dibawah ini dan beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang menurut anda benar .
Nama Reseponden
Umur : 20 – 25 thn
26 – 30 thn
31 – 35 thn
36 – 40 thn

Pendidikan : SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi

Pekerjaan : PNS
Pekerja Swasta
IRT
Petani
Buruh

Sumber Informasi : TV
Radio
Majalah
Petugas Kesehatan
Surat Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Anderson P. Another Media Scare About MMB Vaccie Hits Britain BMJ 1999 : 1578

Lubis, 12, Miller CL, Lewis K, Brokcet J, Jacobsen V, Cherry JD, Itfluence of paretal Knowledge, AJDC, 1988 : 142 : 283 – 6

Masjkury , MM, Ibu – ibu yang tidak tahu tentang Imunisasi : Ciri-ciri dan Kegiatannya yang dapat dipakai sebagai sarana pembinaan informasi Medika 1985 ; 9 : 842 – 4


LEMBAR KUESIONER


1. Imunisasi adalah …………
a. Usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular
b. Pencegahan penyakit
c. Meningkatkan angka harapan hidup

2. Penyebab kurangya peran ibu rumah tangga dalam imunisasi disebabkan oleh …
a. Kurang motivasi, informasi dan hambatan lainnya
b. Kurang pengetahuan
c. Kurang percaya

3. Tujuan program Imunisasi adalah ……….
a. Kepercayaan masyarka terhadap program imunisasi harus tetap terjaga
b. Tercapainya cakupan seluas dan sebanyak mungkin
c. Memberikan dampak yang lebih luas

4. Pengembangan Program Imunisasi (PPI) di Indonesia dilaksanakan mulai tahun ……
a. 1978
b. 1979
c. 1999

5. Berapa vaksinasi yang telah direkomendasikan oleh WHO ……..
a. 5
b. 6
c. 7

6. Tujuan Imunisasi……..
a. Mengobati Penyakit
b. Mengurangi Penyakit
c. Mencegah Penyakit

7. Reaksi samping Imunisasi ………
a. Demam
b. Mencret
c. A dan b Benar

8. Imunisasi yang diberikan pada usia Sekolah Dasar adalah ………
a. Polio
b. DPT
c. BCG

9. Yang merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting…….
a. Imunisasi
b. Posyandu
c. Pengobatan

10. Peran seorang guru pada Program Imunisasi adalah ………
a. Pemahaman tentang program imunisasi
b. Pengetehuan
c. Pengertian